BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa pertanyaan yang pokok dalam teori perkembangan
kognitif adalah: dengan alat dan cara apa orang mempereroleh pengetahuan,
menyimpan, dan menggunakannya?. Pada prinsipnya hal ini berhubungan dengan
alat-alat pengenalan dan bentuk-bentuk pengenalan. Kognisi adalah pengertian
yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang mengakibatkan
orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian.
Psikolog Rusia yaitu Lev Vygotsky telah banyak
mempengaruhi psikologi perkembangan dalam hal perkembangan kognisi. Dia telah
memberikan banyak pendapat dan dorongan dalam hal perkembangan kognisi.
Lev Vygotsky dapat menjadi demikian terkenal dan penting
peranannya dalam dunia psikologi karma teori-teori, metode-metode dan
bidang-bidang penelitian yang di kembangkannya sangat orisinil, tidak sekedar
melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dulu di temukan orang lain. Ia tertarik
khususnya pada penyelidikan-penyelidikan teoritis maupun eksprerimentil terhadap
perubahan-perubahan kwalitatif pada struktur kognitif selama proses
perkembangan dan berusaha menerangkannya dalam bahasa matematika logis.
Mempelajari teori kognitif
Vygotsky akan sangat berguna bagi para pendidik dalam membantu perkembangan
anak didiknya. Beberapa prinsip dalam konsep Vygotsky bisa kita gunakan dalam
system pembelajaran agar perkembangan anak didik menjadi maksimal. Semoga
makalah ini bisa berguna bagi kita semua. Amin
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG TEORI VYGOTSKY
Sejarah
hidup Lev Vygotsky bermula ketika beliau dilahirkan pada tahun 1896 dan
meninggal dunia pada tahun 1934. Beliau merupakan seorang psikologi berbangsa
Rusia. Beliau juga seorang guru dan sarjana sastera. Beliau mendapatkan
pendidikan awal daripada ibunya sendiri yang merupakan seorang guru dan
mempunyai seorang tutor peribadi yang bernama Solomon Ashpiz. Beliau turut
mendapat pengaruh dari sepupunya David Vygotsky. Beliau meneruskan pengajian
sekolah menengahnya di sebuah sekolah persendirian. Menamatkan pengajian
sekolah menengahnya dengan anugerah medal emas. Beliau menamatkan pengajian di
Moscow State University pada 1917. Setelah tamat pengajian, beliau bekerja di
beberapa tempat. Antaranya ialah Institut Psikologi pada pertengahan 1920 dan
di beberapa pusat pendidikan di Moscow, Lerningrad dan Kharkow di mana beliau
bekerja keras menyatakan ideanya tentang perkembangan kognitif.
Vygotsky menekankan
pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa
meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan
tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993),
pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan
kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993).
Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan
sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi
sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor
terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky
berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara evisien dan efektif
apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan
lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih
mampu, guru atau orang dewasa.
B. POKOK-POKOK
TEORI VYGOTSKY
Pendekatan
vygotsky terhadap perkembangan konitif anak berbeda dengan piaget. Sebagai mana
diketahui bahwa piaget tidak setuju dengan penekanan binet bahwa intelegensi sifatnya
tetap dan bersifat bawaan, dan mulai menjajahi proses-proses berfikir tingkat
tinggi. Ia lebih tertarik pada bagaimana anak-anak bisa mencapai
konklusi-konklusi dari pada apakah jawaban- jawabannya benar.
Menurut
piaget perkembangan kognitif anak terdiri atas empat periode utama, yaitu
periode sensorimotor, pra-operasional, operasi konkret, dan operasi pormal (settler,
dalam riddle dan dabbagh, 1999). Piaget menyatakan bahwa perkembangan mempunyai
dukungan dalam tujuan. Sebaliknya, vygotsky percaya bahwa perkembangan adalah
suatu proses yang harus dianalisis sebagai suatu produk yang akan dicapai.
Proses perkembangan yang dimulai sejak kelahiran hingga proses kematian
merupakan suatu hal yang kompleks yang tidak dapat digambarkan dalam suatu
pentahapan secara sederhana (driscoll,1994; hausfather 1996).
Proses
belajar menurut vygotsky terjadi dalam wilayah zone proximal depelopment
(ZPD), yakni wilayah antara apa yang diketahui dengan upah yang belum
diketahui. Oleh karna itu, Vygotsky berfokus pada koneksi antara orang-orang
konteks budaya dimana mereka bertindak dan saling berhubungan atau saling
berbagi pengalaman. Menurut Vygotsky, manusia menggunakan tools yang bersumber
dari kultur, termasuk bahasa lisan dan tulisan yang dimediasi oleh lingkungan
sosial. Vygotsky percaya bahwa pada awalnya anak-anak mengembangkan tools itu
untuk melayani fungsi sosial, dan mengomunikasikan kebutuhan–kebutuhannya. Internalisasi
nilai-nilai melalui interaksi sosial mendorong kemampuan dan keterampilan
berfikir. Kemampuan berfikir dan berbicara/ bahasa tidak dapat eksis tanpa
pergaulan sosial. Ketika piaget mengobservasikan anak-anak muda yang
berpartisipasi dalam suatu kecakapan egosentris, ia menganggapnya bahwa anak
tersebut berada dalam fase preoperasional. Sebaliknya, Vygotsky memandang
egosentris bahasa dan percakapan semacam itu sebagai transisi dan proses sosial
dalam bahasa ke pemikiran internal (Driscoll, 1994).
C. PENGARUH
TEORI VYGOTSKY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Sekalipun
Vygotsky belum mengembangkan teorinya secara utuh, gagasan-gagasannya memiliki
dampak signifikan terhadap pandangan kita mengenai perkembangn anak,
pembelajaran, dan praktik belajar-mengajar (instructional practice) dewasa ini.
Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat dan budaya dalam mendorong
pertumbuhan kognitif sehingga teorinya terkadang disebut sebagai Perspektif
Sosiokultural (sosiocultural perspektive). Asumsi-asumsi utama
berikut ini menyajikan rangkuman perspektif ini :
a)
Melalui Percakapan-Percakapan Informal Dan
Sekolah Formal, Orang Orang Dewasa Menyapaikan Kepada Anak Bagaimana Kebudayaan
Mereka Menafsirkan Dan Merespons Dunia.
Vygotsky
mengemukakan bahwa saat berinteraksi dengan anak-anak, orang dewasa membagikan
maksna (meanings) yang mereka lekatkan pada objek, peristiwa, dan secaralebih
umum, ke pengalaman manusia. Dalam proses tersebut, mereka mengubah, atau
memediasi, situasi-situasi yang dijumpai anak. Makna-makna tersebut disampaikan
melalui beragam mekanisme, diantaranya bahasa (bahsa lisan, tulisan),
simbol-simbol matematika, kesenian, musik, literatur, dan sebagainya.
Percakapan-percakapan informal adalah metode yang lazim dipergunalan orang
dewasa untuk menyampaikan cara-cara menafsirkan situasi sesuai budaya yang
berlaku. Namun yang lebih penting lagi adalah pendidikan formal, yang menjadi
sarana para guru untuk secara sistematis menanamkan gagasan gagasan,
konsep-konsep, dan terminologi terminologi yang digunakan dalam beragam
disiplin akademik.
b)
Setiap Kebudayaan Menanamkan
Perangkat-Perangkat Fisik Dan Kognitif Yang Menjadikan Kehidupan Sehari-Hari
Semakin Produktif Dan Efesien.
Orang dewasa tidak hanya mengajari anak-anak cara-cara spesifik
menafsirkan pengalaman, tetapi juga sejumlah perangkat (tools) spesifikyang
dapat membantu anak mengatasiberbagai tugas dan permasalahan yang dihadapinya.
Sejumlah perangkat misalnya (gunting, mesin jahit, dan komputer) adalah objek
fisik. Sejumlah perangkat lain misalnya ( sistem menulis, peta, dan
spreadsheet) melibatkan simbol sekaligus entitas fisik. Dalam pandangan Vygotsky,
keberhasilan memperoleh perangkat-perangkat yang bersifat simbolik atau mental -perangkat-perangkat
kognitif (cognitive tools)- secara
signifikan meningkatkan kemampuan berfikir anak.
c)
Pikiran Dan Bahasa Semakin Interdependen Dalam
Tahun-Tahun Pertama Kehidupan
Vygotsky mengemukakan bahwa bahasa dan
pikiran merupakan fungsi-fungsi yamg terpisah bagi bayi dan anak kecil yang
baru belajar berjalan. Dalam tahun-tahun awal ini, berfikir (thinking) terjadi
secara independen terhadap bahasa ; dan sebagai suatu mekanisme dalam suatu
pikiran. Namun saat-saat sekitar usia 2 tahun, pikiran dan bahasa menjadi
terjalin erat : anak-anak mulai meengungkapkan pikiran-pikiran mereka ketika
bicara dan mulai berpikir dalam kata-kata.
Saat pikiran dan bahasa mulai menyatu,
anak sering berbicara pada diri mereka sendiri, suatu fenomena yang dikenal
dengan self-talk (percakapan-diri). Self-talk memiliki fungsi penting
dalam perkembangan kognitif: dengan berbicara ke diri mereka sendiri, anak-anak
belajar membimbing dan mengarahkan
prilakunya sendiri dalam proses mengerjakan tugas-tugas sulit dan
melakukan manuver-manuver yang rumit persis saat orang-orang dewasa membimbing
mereka. Self-talk akhirnya berevolusi menjadi inner speech (percakapan
kedalam), yakni saat anak “berbicara” kedalam dirinya secara mental, alih-alih
secara verbal.
d)
Anak Dapat Mengerjakan Tugas-Tugas Yang
Menantang Bila Dibimbing Oleh Seseorang Yang Lebih Kompeten Dan Lebih Maju
Daripada Mereka
Vygotsky membedakan dua jenis kemampuan yang mencirikan kemampuan
anak-anak pada segala tahap perkembangan. Tingkat Perkembangan Aktual
(Actual Developmental Level) adalah batas atas tugas yang dapat dikerjakan
anak secara independen, tanpa bantuan orang lain. Tingkat Perkembangan
Potensial (Level Of Potential Development) adalah batas atas
tugas yang dapat dikerjakan anak dengan bimbingan seorang individu yang lebih
kompeten. Dalam rangka memperoleh pemahaman yang sejati mengenai perkembangan
kognitif anak, saran Vygotsky, kita seharusnya menilai (assess)
kemampuan-kemampuan mereka saat mereka bekerja sendiri ataupun saat dibimbing
orang lain.[1]
D. APLIKASI
TEORI VYGOTSKY TERHADAP PENDIDIKAN
Sumbangan paling penting
dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat sosiokultural dari
perkembangan dan pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umunya muncul dalam
percakapan atau kerja antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi
itu terserap dalam dalam diri sendiri.
Perkembangan kognitif menurut Vygotsky di pengaruhi oleh faktor
budaya. Vygotsky memandang bahwa interaksi sosial berperan secara fudamental
dalam perkembangan kognitif. Vygotsky menyatakan bahwa setiap fungsi perkembangan anak pada level social dan individual. Pada
level sosial, anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Saling berpengaruh
antara satu dengan yang lainnya (interspsikologis) dan pada level indivual,
aspek psikologis berpengaruh terhadap
perkembangan anak (intrapsikologis)
Teori Sosiokultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan/intelegensi
melalui kultur atau masyarakat. Perkembangan individu terjadi melalui dua
tahap, yaitu di mulai dengan pertukaran sosial antarpribadi (interaksi dengan
lingkungan sosial) kemudian terjadi intrapersonal. Selanjutnya, keterampilan individu
dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan atau bimbingan
orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan teman sebaya. Teori sosialkultural
vygotsky pada awalnya diaplikasikan dalam kontenks belajar bahasa bagi anak. Namun, kemudian diaplikasikan
dalam konteks perkembangan kognitif dan proses belajar secara lebih luas. Sebagai
contoh, Vygotsky memberikan suatu isyarat dengan menggunakan jari jemari
sebagai isyarat penting dalam menghadirkan suatu koneksi hubungan antarpribadi
atau antarinvidu.
Model pembelajaran kolaboratif menurut pandangan Vygotsky di
kembangkan berdasar nilai-nilai budaya sosiokultural. Dalam kaitan model
pembelajran kolaboratif. Nilai-nilai budaya siri yang sekiranya sesuai untuk di
kembangkan dalam lingkup persekolahan mencakup semangat sipakatau (
saling menghormati dan saling menghargai yang diiringi sikap rendah hati), pacce/pesse (empati/kesetiakawanan
terhadap sesama manusia) allempureng (kejujuran), kerelaan berkorban dan
ketataan kepada tuhan yang Maha Esa (Farid, 1989. Hamid 1985, Mattulada. 1985,
Rahim, 1992)
Model pembelajaran kooperatif dalam kaitannya dengan tugas-tugas
perkembangan bahasa (komunikasi pasif dan aktif) mencakup kemampuan mengerti
isyarat dan pembicaraan (komunikasi pasif), dan mengungkapkan dengan
isyarat/kata-kata (komunikasi aktif) (Maret 2001). Kemampuan mengerti
isyarat/pembicaraan adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan
orang lain.
Akhirnya, secara singkat di kemukakan bahwa teori Vygotsky berfokus
pada 4 hal pokok, yakni pengaruh interaksi sosial dalam perkembangan,
scaffolding (perancah atau pemberian bantuan), modeling. Zone of proximal
development (perbedaan anatara apa yang dapat di kerjakan sendiri oleh anak dan
apa yang dapat di kerjakan dengan bantuan orang lain) Vygotsky memandang bahwa model pembelajaran kooperatif yang
sarat dengan nilai-nilai budaya. Dan scaffolding atau pemecahan masalah yang
berpokus pada anak (student centeret adycation)
merupakan faktor utama perkembangan kognitif, model pembelajaran
kooperatif menekankan interaksi sosial dalam upaya pengembangan kehidupan sosial
dalam wilayah perkembangan oksimal anak. Sekali pun di uji secara empiris
melalui kajian ilmiah, namun tentu saja memerlukan penyesuaian dalam
aplikasinya sesuai karakteristik dan latar budaya peserta didik. Pembelajaran
kooperatif berdasar teori sosiokultural Vygotsky di harapkan memberikan kontribusi
dalam perkembangan bahasa dan
kepribadian anak. Perpaduan dengan teori perkembangan lainya. Tentu saja
akan lebih bermakna terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian anak pada
umumnya.
BAB III
PENUTUP
·
Teori Vgotsky
menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu
penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal
pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
·
Zona perkembangan
proximal ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit
untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih
terampil.
·
Vygotsky mengemukakan
konsep mengenai zone of proximal development. Ada empat prinsip dasar dalam
penerapan teori Vygotsky yaitu:
a. belajar
dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif,
b. seorang
yang lebih dewasa dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran,
c. pembelajaran
disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan
anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka,
d. pengalaman
anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan
edisi keenam jilid 1 (membantu siswa tumbuh dan berkembang), PT. Gelora Aksara
Pratama : 2008.
[1] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi
Pendidikan edisi keenam jilid 1 (membantu siswa tumbuh dan berkembang), PT.
Gelora Aksara Pratama : 2008. Hal 54-60.
No comments:
Post a Comment