Kadang kita lupa mengucapkan terima kasih
kepada orang yang sangat membantu kita tuk kebaikan kita. Entah berupa kritikan
maupun caci makian yang benar-benar ada pada diri kita. tanpa menghiraukan rasa
sakit yang perih dan bisa jadi sangat sukar tuk dilupakan. Sampai kapan pun
seiring berjalannya waktu yang terus bergulir.
Sebagaimana yang ku alami sendiri. Sebuah
kisah yang sangat sulit tuk dihilangkan begitu saja dari pikiran. Sebuah
kebodohan ku pula yang sudah terlanjur dan terlambat tuk mengatakan ketegasan
diriku sendiri. Namun, hal itu menjadi kisah tersendiri dalam kehidupan ku.
Berawal dari sebuah ikatan kasih sayang
yang berakhir dengan kasih ‘racun’. Tanpa ku ketahui diri ku bisa dianggap
hanya sebuah pelarian cinta ‘emosional’. Tidak mau menyalahkan siapapun, hanya
saja secara teori bisa dikatakan seeperti itu. Bagaimana tidak, dua bulan
menjalin hubungan diri ku mendapatkan kabar bahwa dia dilamar oleh mantan
pacarnya.
Tanpa berfikir yang bukan-bukan walau ada
sedikit pertikaian, diriku hanya bisa menerima kenyataannya dan tak mau
memperpanjang pertikaian tersebut dan tak mau su’udhan terhadap semua yang
terjadi. Tapi anehnya, suatu ketika ada kejanggalan yang tak bisa ku mengerti.
Hanya karena status iseng FB ku yang berbunyi ‘Ingin bertemu dengan sayang ku
Maesa Jamela (dengan men-tag teman di FB dan teman sekelas)’ dia marah dan
bilang ‘ternyata semua laki-laki itu sama’. Aku bingung dengan kemarahannya
itu. Pasalnya, bagaimana mungkin jika seseorang sudah bertunangan melihat
‘mantan’nya mempunyai pacar baru bisa marah?
Tidak ku pahami apa maksudnya itu. Setelah
ku tanyakan baik-baik dengan suatu pertemuan ditempat wisata nan indah dengan
pemandangan sungai Kahayan, ternyata perkataannya tempo dulu yang mengatakan
bahwa dia dilamar oleh mantan pacarnya itu hanyalah sebuah alasan agar bisa
memutuskan ku. Hasil dari pertemuan tersebut aku dan dia kembali menjalin
hubungan tapi dalam hatiku belum bisa paham apa maksudnya itu? Dan dalam hati
ku juga berkata ada yang tidak beres dengan ini.
Seiring waktu berjalan dengan ‘rujuk’,
diriku selalu bertanya-tanya dalam hati ‘Ada apa semuanya ini?’ sesambil diriku
‘menyelidiki’ dirinya dari akun FBnya dan juga akun FB pacarnya yang tak pernah
ku pikirkan sebelumnya dan tanpa sepengetahuan dirinya. Setelah sekian lama
‘penyelidikan’ tersebut, akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan bagi diriku.
Hingga suatu sore yang suram dengan cuaca mendung, terjadilah pertengkaran
diantara aku dan dia. Saking terpojoknya diriku yang selalu dikait-kaitkan
dengan Siska mantan ku dulu, aku tak tahan dengan pojokan itu dan akhirnya
langsung ku tanyakan ‘siapa AM itu?’. dan dia hanya menjawab ‘aku tak berharap
seperti ini’. suatu jawaban yang sangat jauh keluar dari pertanyaan.
Sampai detik ini (16-11-2014) setelah satu
tahun lebih mereka menikah, pikiran ku tentang dirinya dan juga tentang
suaminya dan juga semua hal yang terjadi selama aku dan dia kembali menjalin hubungan
tuk kedua kalinya belum bisa ku hilangkan dari akal dan pikiran ku yang normal.
Ada benar ada salah. Ada benci ada sayang. Hanya satu kesimpulan yang bisa ku
ambil dari semua itu, diriku hanya pelarian. Tak lebih.
Walaupun hidup ku setelah semuanya itu
terjadi menjadi berantakan dan tak punya harapan, tak henti-hentinya dalam hati
ku berkata ‘Terima kasih, semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian dan
selalu diberi kebahagiaan tiada tara serta langgeng sampai akhir hayat.
Barakallah’.
Namun, diriku bukanlah orang yang sholeh
yang tak mungkin pikiran buruk dan kotor itu mustahil tidak ada. Diriku
hanyalah manusia yang banyak kesalahan dan dosa. Bahkan bisa dibilang diriku
lebih hina dari binatang. Doa yang selalu kuberikan pada mereka hanya untuk
melawan pikiran su’udhan ku sendiri agar diriku bisa positif thinking dengan
ini.
AM dan BNS, semoga Allah selalu memberkati
kehidupan kalian dan terima kasih atas semuanya. From Syamsu Dhuha (orang
ketiga dalam hubungan kalian).