Social Icons

Pages

September 12, 2012

Metode-metode Psikologi Pendidikan


B. Metode yang digunakan dalam Psikologi Perkembangan

Penyelidikan  mengenai gejala kejiwaan atau tingkah laku seseorang merupakan hal yang tidak mudah, tetapi hanya sekedar pengertian bagaimana para psikolog perkembangan melakukan tugas mereka
Beberapa metode dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengertian akan gejala-gejala perkembangan, beberapa metode lain lagi memberikan pengerian bagaimana caranya memberikan pertolongan bila menghadapi kesukaran-kesukaran dalam proses perkembangan. Namun tidak ada satu metodepun yang mampu secara tuntas dan lengkap dalam menggali gejala kejiwaan atau tingkah laku manusia sejak dalam kandungan sampai dengan dewasa. Sehingga antara metode yang satu dengan metode yang lainnya saling melengkapi dalam penggunaannya dan tidak jarang para ahli menggunakan metode penyelidikan secara gabungan.
Untuk menyelidiki gejala kejiwaan seseorang diperlukan juga pendekatan secara umum dan metode-metode yang spesifik sering dipergunakan para ahli adalah sebagai berikut :
     1. Pendekatan yang umum
a. Pendekatan Longitudinal : suatu cara menyelediki anak dalam jangka waktu yang lama. Dengan metode ini biasanya diselidiki beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa lama. Dengan demikian aspek-aspek perkembangan tersebut secara menyeluruh.
Cara melakukannya harus mengikuti proses perkembangan anak Misalnya seseorang diikuti perkembangannya dari lahir sampai mati, atau menyelidiki seseorang untuk sebagian waktu hidupnya, seperti masa kanak-kanaknya.
Kelebihan : semua proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti.
Kelemahan : hanya tergantung pada orang yang diselidiki saja dalam jangka waktu yang cukup lama, terlebih lagi orang yang diselidiki tiba-tiba pindah tempat tinggal atau  terlebih lagi orang itu meninggal dunia sebelum habis batas perkembangan yang diinginkan oleh penyelidik.

                 b. Pendekatan Transversal (Kros-Seksional) : suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang atau kelompok orang dari tingkatan umur yang berbeda. Pada dasarnya dengan  pendekatan ini yang menjadi sasarannya adalah sejumlah besar anak-anak, dan dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama, kira-kira satu sampai tiga bulan saja.
                        Cara Melakukaknya : Anak-anak yang akan diselidiki dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan urutan umur masing-masing, sehingga setiap kelompok menggambarkan tingkatan umur yang disusun secara kronologis. Misalnya kelompok I anak umur 3 tahun, kelompok II anak umur 4 tahun, kelompok III anak umur 5 tahun, dan seterusnya. Sehingga diharapkan akan diperoleh perkembangan kejiwaan anak-anak pada setiap periode yang merupakan suatu proses perkembangan individu.

          c. Pendekatan Lintas Budaya (Kros-kultural) : membandingkan anak-anak dari umur yang sama tetapi hidup dalam alam budaya yang berbeda. Dengan begitu diharapkan dapat gambaran yang lebih lengkap tentang proses perkembangan seseorang yang ada hubungannya dengan lingkungan dan kebudayaan sekitar dimana anak itu tinggal.
Pendekatan ini beranggapan atas dasar bahwa alam dan kebudayaan yang mengitari anak cukup besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Oleh karena itu perlu dikaji dari berbagai budaya yang berbeda-beda, misalnya anak-anak yang berasal dari pedesaan atau perkotaan.
         
METODE SPESIFIK (KHUSUS) ada 7 metode, yaitu :
Untuk pengumpulan data di lapangan, tentunya tidak cukup kalau hanya menggunakan ketiga pendekatan diatas, tentu masih memerlukan beberapa metode yang khusus untuk pengumpulan data yang dipakai dalam psikologi perkembangan. Meode-metode yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Metode Observasi : suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku, yakni dengan memperhatikan tingkah laku psikis anak dan mencatat hasil-hasilnya dengan teliti pada suatu tahapan perkembangan tertentu.
Ada 2 (dua) macam : observasi alami (natural observation) : pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah/wajar  tanpa mengubah-ubah suasana atau situasi-situasi yang direncanakan. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap kehidupan anak dari jam sekian sampai jam sekian, apa saja yang dilakukannya khususnya yang berhubungan dengan perkembangan tertentu dari aspek kepribadiannya. Hal ini bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kebun, atau di sekolah.
Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan dalam penggunaan metode ini, diusahakan hal-hal sebagai berikut :
      1). Apa-apa yang nampak selama observasi itu hendaknya dipisahkan dengan pendapat dan tafsiran peneliti
 2). Tafsiran-tafsiran yang dibuat peneliti dicatat secara sederhana
 3). Keterangan-keterangan dibuat setelah diadakan observasi yang lama, cermat dan teliti.
observasi terkontrol : observasi yang dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti,. Sehingga bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul. Misalnya seorang anak yang ingin diketahui reaksi dan sikapnya terhadap lingkungan pergaulannya, akan  diobservasi pada lingkungan sosial yang sudah direncanakan. Sebagai contoh ingin mengetahui sebab-sebab seorang anak yang agresif, ia dsimaksukan ke dalam ruangan mainan yang sudah disusun sedemikian rupa dengan bermacam-macam permainan, sehingga terlihat reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak, karena adanya rangsangan-rangsangan khusus dari lingkunagnnya. Observasi ini bisa dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis kelaminnya dan pada waktu tertentu.
- Pernyataan-pernyataan jiwa yang  spontan, seperti bermain dan menggambar serta bercakap-cakap.
- Gerak-gerak reaksi, seperti apa yang  diperbuat anak kecil jika mendenan suara keras, dan lain-lain.
Jenis observasi terkontrol dianggap lebih obyektif dan hasilnya lebih akurat dari pada observasi alami. Karena observasi yang terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan eksperimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan lapangan psikologi eksperimental. Misalnya untuk menyelidiki timbulnya fhobia anak-anak terhadap anjing dapat dilakukan dengan observasi terkontrol dan dengan metode-metode yang ditinjau dari sudut eksperimental, seperti dengan membagi sekelompok anak sebagai kelompok pengontrol. Metode observasi ini pernah dipergunakan oleh Tiedemann pada tahun 1787 untuk menyusun karyanya dalam Psikologi Perkembangan.

          b. Metode Eksperimen (Percobaan) : Dalam eksperimen, peneliti sengaja menimbulkan gerak laku atau pernyataan jiwa seseorang melalui rangsangan-rangsangan. Segala reaksinya diamati dan dicatat  dengan teliti. Peristiwa yang terjadi selama eksperimen itu bisa diulangi pada waktu yang lain bila diperlukan, disinilah letak kelebihan metode ini. Kelemahannya adalah karena situasinya merupakan situasi buatan, maka anak bisa berpura-pura, atau dapat juga menyebabkan anak terpengaruh karena situasi itu.
Dalam suatu eksperimen yang perlu diperhatikan adalah variabel-variabel seteliti mungkin, yaitu variabel-variabel bebas (independent-variable) yang mempengaruhi variabel terikat (dependent-variable). Misalnya penelitian pada sekelompok anak mengenai pengaruh kelompok bermain terhadap perkembangan bahasa. Dalam hal ini harus diperhatikan dan mempertimbangkan semua variabel bebas yang mungkin mempengaruhi perkembangan bahasa anak, seperti umur, jenis kelamin, status sosial, kondisi fisik, pendidikan orang tua dan variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sebelum dilakukan tes bahasa terhadap anak.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini adalah Gustav Fechner tahun 1860 dan Wilhelm Wundt pada tahun 1874 dengan laboratorium psikologinya yang pertama kali didirikan.

           c. Metode Test : dengan pertanyaan-pertanyaan dan dengan menyuruh anak melakukan sesuatu tugas. Dari jawaban dan hasil pelaksanaan tugas itu, peneliti dapat mengukur perkembangan psikis anak dengan alat ukur yang sudah ditentukan (standar) secara hati-hati. Tes standar (standarized tests) memilikidua ciri penting. Pertama, para pakar psikologi biasanya menjumlahkan semua skor individu untuk menghasilkan satu skor tunggal, atau serangkaian skor, yang mencerminkan sesuatu tentang individu dengan skor sejumlah besar kelompok yang sama untuk menentukan bagaimana individu menjawab dalam kaitannya dengan orang lain.
Metode ini digunakan oleh para ahli seperti:
1.    Alice Descondres dan yayasan Rousseau di Geneve untuk anak-anak umur 2-7 tahun, yang terkenal dengan ”Metode Kartu”.
2.    Alfred Binet dan Simon dari Perancis, yang menyelidiki intelengensi anak usia 3-15 tahun pada tahun 1905 dikenal dengan istilah ”test intelegensi”. Kemudian diperkenalkan secara luas sambil disempurnakan oleh Terman dan Merrill.
Tes standar lain yang dikenal luas penggunaanya (Santrock: 1995) adalah standford-Binet Intelegence Test dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory.


                  d. Metode Klinis : suatu bentuk penyelidikan dengan cara mengamati sambil bercakap-cakap dan bertanya jawab serta bermain-main bersama anak yang diselidiki. Oleh karena itu metode ini merupakan juga gabungan dari observasi, eksperimen serta wawancara.
Dalam metode klinis ini, peneliti sengaja membawa anak-anak ke dalam suasana (situasi) percakapan yang akrab sebagaimana yang dikehendaki sehingga data-data yang ingin dicari dapat terungkap. Dinamakan dengan metode klinis karena sering dipergunakan untuk menyelidiki dan mengobati penyakit jiwa. Metode klinis bersumber dari psikiatri, yang menganggap anak sebagai orang yang sakit. Dalam klinik-klinik khusus dengan situasi dan kondisi khusus orang berusaha mengamati kemampuan anak-anak untuk tujuan media atau tujuan pedagogis.
Metode klinis pernah dipergunakan oleh Jean Piaget dalam meneliti bahasa dan cara berfikir anak-anak. 
           
                 e. Metode Introspeksi dan Retrospeksi
Intropeksi : penyelidikan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan proses kejiwaan atau tingkah laku diri sendiri.
retrospeksi : mempelajari perubahan-perubahan atau pengalaman-pengalaman diri sendiri dimasa yang lampau.
Dalam pelaksanaannya, kedua jenis metode ini menjadi satu kesatuan, dan lebih dikenal dengan istilah ”intropeksi” saja meskipun di dalamnya terdapat juga retrospeksi.
Melakukan intropeksi berarti mempelajari jiwa sendiri, kesadaran tentang jiwa sendiri yang dikenal dan diungkapkan secara langsung, tentu membutuhkan kemampuan reproduksi dan pengertian. Itulah sebabnya sebagian para ahli kurang sependapat kalau metode tersebut digunakan untuk kanak-kanak.
Beberapa kritikan pernah muncul, seperti August Comte dan William Stern yang pada intinya mengatakan: intropeksi tidak obyektif, tidak dapat sekaligus digunakan untuk maksud menghayati dan mempelajari proses kejiwaan yang sedang dialami; dengan cara intropeksi masih ada bagian-bagian kejiwaan yang tak dapat diselidiki atau diketahui, yaitu bagian yang berada di luar batas kesadaran.
Meskipun terdapat beberapa kelemahan dalam metode ini, tetapi ia cukup banyak dipakai oleh para ahli terutama sekali untuk usia remaja dan dewasa, seperti pernah dipergunakan oleh Wundt seorang tokoh yang cukup berpengaruh dalam bidang psikologi.
   
               f. Metode Ekstrospeksi : : kebalikan dari instropeksi, yaitu penyelidikan terhadap perubahan-perubahan kejiwaan orang lain.
Penyelidikan semacam ini hanya dapat menghasilkan dugaan-dugaan dengan mempertautkan realitas fisik atau tingkah laku lahiriah dengan keadaan-keadaan dalam (psikis) seseorang. Hal yang dapat diperhatikan terbatas pada unsur-unsur yang dapat ditangkap oleh panca indra peneliti saja. Disinilah diperlukan kemampuan analisa korelasi dan analogi serta kehalisan perasaan. Spranger pernah mempergunakannya dengan sebutan ”verstehen”.

g.   Metode Indirect (Metode tidak langsung). : penyelidikan yang dilakukan tidak secara langsung kepada anak tetapi melalui sumber lain tentang perkembangan anak tersebut. Sumber itu bisa berupa orang atau barang/ dokumen, seperti:
                  a.Pengumpulan terhadap buku-buku, gambar-gambar, surat-surat atau karangan.
b.Film atau rekaman lain.
           c.Orang tua, guru atau orang lain yang dianggap banyak mengetahui tentang kelakuan anak, melalui angket atau wawancara.
                  d.Biografi (buku catatan riwayat hidup yang dibuat oleh orang lain).



























Pendekatan Longitudinal : suatu cara menyelediki anak dalam jangka waktu yang lama, biasanya diselidiki beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa lama. dari lahir sampai mati atau menyelidiki seseorang untuk sebagian waktu hidupnya, seperti masa kanak-kanaknya.






Pendekatan Transversal (Cross-Seksional) : suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang atau kelompok orang dari tingkatan umur yang berbeda, sejumlah besar anak-anak yang dibagi dalam beberapa kelompok, waktu yang tidak terlalu lama, kira-kira satu sampai tiga bulan saja.





Pendekatan Lintas Budaya (Cross-Cultural) : membandingkan anak-anak dari umur yang sama tetapi hidup dalam alam budaya yang berbeda, sehingga dapat gambaran yang lebih lengkap tentang proses perkembangan seseorang yang ada hubungannya dengan lingkungan dan kebudayaan sekitar dimana anak itu tinggal.
         




Observasi Alami (natural observation) : pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah/wajar tanpa mengubah-ubah suasana atau situasi-situasi yang direncanakan, yang bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kebun, atau di sekolah.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Tiedemann pada tahun 1787 untuk menyusun karyanya dalam The Development Psychology.




Observasi Terkontrol : observasi yang dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti,. Sehingga bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Tiedemann pada tahun 1787 untuk menyusun karyanya dalam The Development Psychology.




Metode Eksperimen (Percobaan) : Dalam eksperimen, peneliti sengaja menimbulkan gerak laku atau pernyataan jiwa seseorang melalui rangsangan-rangsangan. Segala reaksinya diamati dan dicatat  dengan teliti. Peristiwa yang terjadi selama eksperimen itu bisa diulangi pada waktu yang lain bila diperlukan.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Gustav Fechner tahun 1860 dan Wilhelm Wundt pada tahun 1874 dengan laboratorium psikologinya di Jerman

Metode Test : dengan pertanyaan-pertanyaan dan dengan menyuruh anak melakukan sesuatu tugas. Dari jawaban dan hasil pelaksanaan tugas itu, peneliti dapat mengukur perkembangan psikis anak dengan alat ukur yang sudah ditentukan (standar) secara hati-hati.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Alice Descondres dan yayasan JJ. Rousseau di Geneve untuk anak-anak umur 2-7 tahun, yang terkenal dengan ”Metode Kartu”. Alfred Binet dan Simon dari Perancis, tahun 1905 menyelidiki intelengensi anak usia 3-15 tahun dikenal dengan ”test intelegensi”



Metode Klinis : suatu bentuk penyelidikan dengan cara mengamati sambil bercakap-cakap dan bertanya jawab serta bermain-main bersama anak yang diselidiki, ini merupakan metode gabungan dari observasi, eksperimen serta wawancara, peneliti sengaja membawa anak-anak ke dalam suasana (situasi) percakapan yang akrab sebagaimana yang dikehendaki sehingga data-data yang ingin dicari dapat terungkap. Metode klinis ini sering dipergunakan untuk menyelidiki dan mengobati penyakit jiwa.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Jean Piaget yang meneliti bahasa dan cara berfikir anak. 
            


Metode Introspeksi dan Retrospeksi
Intropeksi : penyelidikan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan proses kejiwaan atau tingkah laku diri sendiri. Sedangkan Retrospeksi : mempelajari perubahan-perubahan atau pengalaman-pengalaman diri sendiri dimasa yang lampau.
Dalam pelaksanaannya, kedua jenis metode ini menjadi satu kesatuan, dan lebih dikenal dengan istilah ”intropeksi” saja meskipun di dalamnya terdapat juga retrospeksi.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Wilhem Wundt (Bapak Psikologi)
   



Metode Ekstrospeksi : penyelidikan terhadap perubahan-perubahan kejiwaan orang lain.
Penyelidikan semacam ini hanya dapat menghasilkan dugaan-dugaan dengan mempertautkan realitas fisik atau tingkah laku lahiriah dengan keadaan-keadaan dalam (psikis) seseorang.
Tokoh yang pernah menggunakan metode ini : Spranger dengan sebutan metode ”verstehen”.





Metode Indirect (Metode tidak langsung) : penyelidikan yang dilakukan secara tidak secara langsung kepada anak tetapi melalui sumber lain tentang perkembangan anak tersebut. Sumber itu bisa berupa orang atau barang/ dokumen, seperti:.Pengumpulan terhadap buku-buku, gambar-gambar, surat-surat atau karangan, Film atau rekaman lain, Orang tua, guru atau orang lain yang dianggap banyak mengetahui tentang kelakuan anak, melalui angket atau wawancara, serta Biografi (buku catatan riwayat hidup yang dibuat oleh orang lain).

No comments:

Post a Comment