Social Icons

Pages

November 20, 2014

Curahan Hati Sang Trouble Maker

Kadang kita lupa mengucapkan terima kasih kepada orang yang sangat membantu kita tuk kebaikan kita. Entah berupa kritikan maupun caci makian yang benar-benar ada pada diri kita. tanpa menghiraukan rasa sakit yang perih dan bisa jadi sangat sukar tuk dilupakan. Sampai kapan pun seiring berjalannya waktu yang terus bergulir.
Sebagaimana yang ku alami sendiri. Sebuah kisah yang sangat sulit tuk dihilangkan begitu saja dari pikiran. Sebuah kebodohan ku pula yang sudah terlanjur dan terlambat tuk mengatakan ketegasan diriku sendiri. Namun, hal itu menjadi kisah tersendiri dalam kehidupan ku.
Berawal dari sebuah ikatan kasih sayang yang berakhir dengan kasih ‘racun’. Tanpa ku ketahui diri ku bisa dianggap hanya sebuah pelarian cinta ‘emosional’. Tidak mau menyalahkan siapapun, hanya saja secara teori bisa dikatakan seeperti itu. Bagaimana tidak, dua bulan menjalin hubungan diri ku mendapatkan kabar bahwa dia dilamar oleh mantan pacarnya.
Tanpa berfikir yang bukan-bukan walau ada sedikit pertikaian, diriku hanya bisa menerima kenyataannya dan tak mau memperpanjang pertikaian tersebut dan tak mau su’udhan terhadap semua yang terjadi. Tapi anehnya, suatu ketika ada kejanggalan yang tak bisa ku mengerti. Hanya karena status iseng FB ku yang berbunyi ‘Ingin bertemu dengan sayang ku Maesa Jamela (dengan men-tag teman di FB dan teman sekelas)’ dia marah dan bilang ‘ternyata semua laki-laki itu sama’. Aku bingung dengan kemarahannya itu. Pasalnya, bagaimana mungkin jika seseorang sudah bertunangan melihat ‘mantan’nya mempunyai pacar baru bisa marah?
Tidak ku pahami apa maksudnya itu. Setelah ku tanyakan baik-baik dengan suatu pertemuan ditempat wisata nan indah dengan pemandangan sungai Kahayan, ternyata perkataannya tempo dulu yang mengatakan bahwa dia dilamar oleh mantan pacarnya itu hanyalah sebuah alasan agar bisa memutuskan ku. Hasil dari pertemuan tersebut aku dan dia kembali menjalin hubungan tapi dalam hatiku belum bisa paham apa maksudnya itu? Dan dalam hati ku juga berkata ada yang tidak beres dengan ini.
Seiring waktu berjalan dengan ‘rujuk’, diriku selalu bertanya-tanya dalam hati ‘Ada apa semuanya ini?’ sesambil diriku ‘menyelidiki’ dirinya dari akun FBnya dan juga akun FB pacarnya yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya dan tanpa sepengetahuan dirinya. Setelah sekian lama ‘penyelidikan’ tersebut, akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan bagi diriku. Hingga suatu sore yang suram dengan cuaca mendung, terjadilah pertengkaran diantara aku dan dia. Saking terpojoknya diriku yang selalu dikait-kaitkan dengan Siska mantan ku dulu, aku tak tahan dengan pojokan itu dan akhirnya langsung ku tanyakan ‘siapa AM itu?’. dan dia hanya menjawab ‘aku tak berharap seperti ini’. suatu jawaban yang sangat jauh keluar dari pertanyaan.
Sampai detik ini (16-11-2014) setelah satu tahun lebih mereka menikah, pikiran ku tentang dirinya dan juga tentang suaminya dan juga semua hal yang terjadi selama aku dan dia kembali menjalin hubungan tuk kedua kalinya belum bisa ku hilangkan dari akal dan pikiran ku yang normal. Ada benar ada salah. Ada benci ada sayang. Hanya satu kesimpulan yang bisa ku ambil dari semua itu, diriku hanya pelarian. Tak lebih.
Walaupun hidup ku setelah semuanya itu terjadi menjadi berantakan dan tak punya harapan, tak henti-hentinya dalam hati ku berkata ‘Terima kasih, semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian dan selalu diberi kebahagiaan tiada tara serta langgeng sampai akhir hayat. Barakallah’.
Namun, diriku bukanlah orang yang sholeh yang tak mungkin pikiran buruk dan kotor itu mustahil tidak ada. Diriku hanyalah manusia yang banyak kesalahan dan dosa. Bahkan bisa dibilang diriku lebih hina dari binatang. Doa yang selalu kuberikan pada mereka hanya untuk melawan pikiran su’udhan ku sendiri agar diriku bisa positif thinking dengan ini.
AM dan BNS, semoga Allah selalu memberkati kehidupan kalian dan terima kasih atas semuanya. From Syamsu Dhuha (orang ketiga dalam hubungan kalian).


August 31, 2014

Panorama Danau Tundai (1)

Danau Tundai merupakan sebuah kawasan (kelurahan) dari ibu kota Kalimantan tengah atau kota Palangkaraya. Jauhnya dari kota Palangkaraya sekitar 29 KM. Luas daerah Danau Tundai kurang lebih 275 meter dengan jumlah penduduk 68 KK pada tahun 2014. Untuk bisa mendatangi kelurahan Danau Tundai harus memakai klotok dari bukit pinang atau pelabuhan Rambang dan tentunya lebih jauh lagi. Sepanjang perjalanan menuju Danau Tundai akan disuguhi keindahan pesisir sungai kahayan dan sungai Tundai ketika sudah sampai di muara makam Keramat. Untuk keindahan alam Danau Tundai bisa melihat foto-foto dibawah ini:



Untuk keindahan alam lainnya dari kelurahan Danau Tundai bisa dientry post yang akan datang. Dan tentunya semua keindahan akan tersajikan di blog ini. Nantikan yang akan datang!!!

June 7, 2014

Cukup Hanya Tuhan Yang Tahu

"Cukup hanya Tuhan yang tahu". Sebuah kalimat yang seakan-akan sang pengucap sudah sangat lelah tuk menjelaskan semuanya kepada orang yang diajak bicara. Entah karena apa dan entah bagaimana dia harus menjelaskannya kembali hingga akhirnya kata-kata itulah yang keluar.

Sebagai fitrahnya manusia, tak ada manusia yang hidup sendiri. Dan tak ada manusia yang berbicara kepada dirinya sendiri kemudian dijawab sendiri, kecuali orang gila. Ini karena Tuhan menjadikan setiap makhluk selalu berpasangan dan saling mengenal kemudian tumbuh kasih sayang dan berakhir kepada penyatuan dua manusia menjadi satu kesatuan yang beragam. Namun, ketika seorang manusia, yang sangat merasa "kesendirian"nya dalam kehidupan ini, bagaimana fitrahnya manusia yang tercipta berpasangan agar tumbuh kasih sayang, bisa saling memahami dan bisa saling mencintai?

Tak ayal, hal ini juga pernah saya alami sendiri. Dimana saat itu, suatu masa yang harus benar-benar saya perjuangkan demi kebahagiaan hidup ku. Saat itu adalah saat saya benar-benar memutuskan untuk tidak mengenal lawan jenis tuk sementara waktu, dan saya benar-benar memutuskan untuk tidak menjalin komunikasi sama teman-teman saya baik yang ada dikampus maupun di Jawa. Disaat itu pula, banyak sekali tekanan-tekanan yang membuat saya merenung dalam-dalam. Apa salah saya dan saya harus bagaimana? Ini yang selalu menghantui pikiran saya setiap tekanan itu datang.

Tak ada orang yang bisa saya ajak bicara, walau hanya sekedar mendengar. Karena bagi saya ini adalah masalah pribadi saya dan cukup saya yang tau. Dalam hati saya selalu berkata "Saya ingin menjelaskan semuanya dan saya ingin didengarkan. Jika apa yang saya lakukan itu salah, saya hanya ingin minta maaf." Seringkali kalimat ini yang selalu memenuhi isi hati saya.

Semua tekanan-tekanan itu saya pikir secara mendalam dalam hati. Mulai dari awal kronologinya hingga berakhir pada kesalahhan saya. Dalam hati, setiap tekanan itu datang, saya tidaklah menyatakan "saya tidak bersalah", namun saya menyadari semua itu juga termasuk kesalahan saya. Tetapi, jika diulang dari kronologi awal jelas kesalahan itu bukan dari saya. Namun apalah dikata, ibarat pepatah "Nasi sudah jadi bubur". Dan hal yang harus saya terima sebagai konskwensinya adalah saya harus disalahkan dan disalahkan lagi. Bagi saya pribadi tidak mengapa jika disalahkan, karena saya juga manusia biasa. Dan sejak tekanan awal itu datang, saya ingin menjelaskan secara face to face pada "induk"nya dan tentu secara damai. Namun hal itu tak pernah saya lakukan, karena saya selalu berfikir manfaat apa yang saya peroleh dari itu.

Dan pada akhirnyalah "Cukup Tuhan yang tahu" yang harus meredamkan semua angin badai yang saya hadapi. Tak perlu banyak orang yang mengetahui apa yang saya hadapi termasuk apa yang ada diisi dalam hati saya. Saya pun menyadari, tak bisa saya menyalahkan orang lain karena kesalahan saya sendiri jauh lebih banyak apalagi dosa yang saya perbuat, bak sampah yang penuh mengotori bumi. Dan sayapun tak lantas bahagia serta sombong dari semua tekanan itu. Dari itu semua, justru itu pembelajaran bagi saya bahwa Tuhan itu selalu ada untuk saya. Dalam hal ini pula saya tak lantas menjadikan diri saya orang yang sok atau bagaimana. Dan seharusnya pula, saya berterima kasih kepada sahabat saya yang selalu memberi tekanan tak kenal lelah, karena setiap tekanan itu datang dan kadang membuat saya "galau", dengan cara pemberian tekanan itulah dia menyadarkan saya untuk kembali kepada jalan Tuhan yang diridhoinya. Karena selama ini saya telah jauh menyimpang dari jalan Tuhan.

Terima kasih sahabat, tanpa mu saya tak akan pernah kembali kepada jalan Tuhan yang diridhoinya. Dan semoga kebahagiaan selalu tercurahkan kepadamu. Barakallah.

Pujian atau Ujian?

Tak perlu banyak yang dirisaukan. Semua orang hidup pasti sudah tentu merasakan walau levelnya berbeda. Ada yang sanggup dan ada pula yang tidak sanggup. Semua itu tergantung pada orangnya masing-masing.

Lantas, apakah kita bisa bangga jika kita mendapatkan pujian yang sebenarnya pujian itu hanyalah awal dari kehancuran berikutnya? Dalam artian, ujian yang kita hadapi itu belum berakhir dan pujian itu masih dalam kategori ujian berikutnya namun dengan suasana yang berbeda dan tidak menampakkan wujud ujiannya. Ujian dalam bentuk pujian inilah yang sering membuat kita terlena hingga kita lupa diri. Ibarat pepatah "Orang lupa daratan".

Masih tentang ujian dalam bentuk pujian, sebenarnya pujian ini belum berarti finally menyatakan diri kita pantas mendapatkan pujian itu. Hanya saja, suatu hal kecil yang membuat diri kita mendapatkan pujian dari orang konteksnya masih menguji kita, seberapa pantaskah kita mendapatkan sebuah pujian. Kebanyakan dari kita ketika mendapatkan pujian, kita langsung dengan sombongnya pamer, "lupa daratan", bahkan secara tidak langsung hati kita berkata "akulah yang pantas".

Jika merujuk dalam literatur agama, orang seperti ini termasuk orang riya' dan dikategorikan akhlak tercela. Akhlak yang dalam agama kita diperintahkan untuk menjauhinya. Jika melihat dalam kehidupan berrmasyarakat, orang seperti ini juga tidak disukai oleh orang-orang sekitar karena sifat dan sikapnya yang seakan-akan hanya dia yang bisa melakukan suatu hal dan pantas untuk dipuji.

Kembali ke topik awal, ketika seseorang memuji kita, pujian itu tidaklah bersifat permanen. Karena orang yang memuji itu hanya melihat sekilas apa yang telah kita lakukan dan tak menutup kemungkinan yang kita lakukan itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Namun, apabila orang yang memuji itu adalah orang terdekat kita yang sudah mengetahui banyak tentang diri kita, disamping memuji pasti juga memberi saran agar kita selalu berbuat baik dan tidak berperilaku sombong. Dan hal ini jarang kita dapatkan.

Kesimpulan sementara, janganlah sampai terlena oleh pujian seseorang bisa jadi pujian itu hanya untuk menghancurkan kehidupan kita. Dan sering-seringlah bertafakkur dengan apa yang telah dan apa yang akan kita lakukan. Apakah ada manfaatnya atau malah mendatangkan madlarat yang akan menimpa kita. Dan saya tegaskan kembali, LIHATLAH APA YANG DIKATAKAN JANGAN MELIHAT SIAPA YANG MENGATAKAN. Sekian untuk tulisan saya kali ini, semoga kita bisa mengambil ibrahnya. Amiin.

June 4, 2014

Asmara Anak Muda (Pacaran)

Sungguh sangat lucu orang berpacaran. Mereka sering mengucapkan sayang, janji setia, dll. Tanpa mereka sadari, selama masih pacaran itu hanya bibit kecurangan dari sekian banyaknya kesetiaan. Secara logika, ikatan pacaran hanya ikatan yang penuh kebohongan. Misal, klo orang pacaran apakah dengan brani mereka menunjukkan kepada orang tua mereka? Kemudian, klo memang brani, apakah itu bisa disebut kebanggaan tersendiri? Sungguh suatu kebohongan yang tersembunyi!!

Orang pacaran pun bisa disamakan dengan orang yang hidup penuh dengan kepura-puraan tidak mau mengakui kelemahan dirinya sendiri. Diambil contoh, ketika sang cowok tampil sering menraktir ceweknya, apakah uang itu dari kerringatnya sendiri? palingan juga minta sama orang tua, bisa juga ngutang dari kawan. Belum lagi ketika masing-masing pasangan saling memuji pasangannya sendiri. Khusus yang ini adalah sangat dimabuk asmara syaitan!!

Dari tulisan diatas hanyalah sekian kecil menggambarkan orang yang berpacaran. Tak menutup kemungkinan kalau saya tidak pernah pacaran. Hanya saja, apa yang saya tulis diatas bisa dijadikan bahan renungan terhadap diri kita sendiri. Sesuai dengan hadits Nabi "Lihatlah apa yang diucapkan jagan melihat orang yang mengucapkan". Karena saya akui sendiri terlalu banyak kesalahan dan dosa yang saya perbuat. Kalo tulisan diatas ada benarnya, itu hanya dari anugrah Allah sang pemberi hidayah, dan kalaupun ada kesalahan itu dari saya pribadi sebagai hamba yang tak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Sekian dan terima kasih.

May 6, 2014

Landasan dan Operasional Pendidikan Islam



 BAB II
PEMBAHASAN
A.                Aspek Landasan Pendidikan Islam
Prof. Dr. H. M. Said mengistilahkan dasar pendidikan sebagai pondasi yang merupakan titik tolak dari mana dan bagaimana pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan Islam merupakan konsepsi yang datang dari Allah SWT yang bertujuan untuk mendidik manusia sesuai dengan fitrah kemanusiaannya. Dengan demikian diharapkan agar mereka dapat hidup di dunia ini dengan baik dan demikian pula di akhirat kelak.
Konsep pendidikan inni telah dilaksanakan sendiri oleh Rasulullah SAW dalam membina para sahabat beliau sehingga menjadi manusia-manusia pilihan yang berguna bagi agama dan seluruh umat manusia. Dalam membicarakan dasar pendidikan Islam ini pembahasan dibagi menjadi dua bagian yaitu dasar yang bersifat perennial dan dasar yang bersifat rasional.
1.      Dasar perennial (wahyu)
Risalah yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umat manusia berupa al-Qur’an dan al-Sunnah adalah sebagai dasar dan sumber pendidikan Islam. Sebagai dasar keduanya dianggap sebagai dalil atau teori dalam pelaksanaan pendidikan Islam, sehingga merupakan landasan pendidikan Islam yang tidak goyah oleh goncangan situasi dan kondisi perubahan zaman. Sedangkan sebagai sumber berarti keduanya merupakan dalil atau teori yang bisa dikembangkan dan ditelaah secara ilmiah, dalam arti bahwa al-Qur’an dan al-Sunnah memiliki makna atau tafsir yang konstekstual dinamis.
a). al-Qur’an. Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an sebagai dasar atau landasan pendidikan Islam dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
b). al-Sunnah. Al-Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah SAW sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para muhadditsin. Ketiga dimensi al-Sunnah (perkataan, perbuatan dan persetujuan) menggambarkan tingkah laku Rasulullah selaku guru pertama dalam Islam. Beliau bukan hanya seorang yang bersifat teoritis tetapi juga praktis.
2.      Dasar Rasional (ijtihad)
Dasar ini didapatkan melalui usaha dari manusia melalui fikiran ataupun innderanya, karena hal ini banyak berhubungan dengan kebudayaan manusia yang selalu berkembang.
Dalam pendidikan Islam, walaupun usaha tersebut merupakan pemahaman manusia tetapi masih tidak lepas dari kendali wahyu, usaha tersebut dikenal dengan ijtihad. Ijtihad adalah istialh para fuqaha yang maksudnya berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu untuk menetapkan suatu hokum terhadap hal-hal yang belum jelas hukumnya dari al-Qur’an dan al-Sunnah.

B.                 Aspek Operasional Pendidikan Islam
Diskusi mengenai pusat pendidikan pada dasarnya merupakan pembicaraan yang bersangkutan dengan pertanggung jawaban terhadap pendidikan anak. Pada kenyataannya masalah pendidikan memang merupakan masalah yang tidak terselesaikan. Dan begitu pula sebaliknya banyak pula anak-anak merasa tidak atau kurang mendapat pendidikan yang diharapkan dari orang tua mereka.
Sehubungan dengan masalah tersebut, timbul pertanyaan yang menyangkut siapakah yang sebenarnya harus bertanggung jawab yang secara imperative merupakan hal yang wajar atau sebagai keharusan, bukan tanggung jawab yang dipaksakan.
Pada umumnya para ahli pendidikan yang membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Tapi untuk kondisi dan situasi sekarang, pembatasan tersebut perlu dikaji ulang. Secara lebih luas, Tohari Musnamar mengemukakan lima pusat atau panca pusat pendidikan. Kelima pusat dimaksud, adalah sebagai berikut: keluarga, pergurguruan (termasuk madrasah dan pondok pesantren), rumah ibadah, masyarakat, dan media massa
Dalam pendidikan Islam, lembaga pendidikan formal lazim dikenal dengan madrasah yang mempunyai persyaratan sebagaimana sekolah dengan berbagai karakteristiknya. Karakteristik lembaga pendidikan formal telah diuraikan oleh Drs. Sanapiah Faisal yang dikutip dari pendapat G Poulston pada “Planning Non-Formal Education Alternatif” 1971 yaitu:
-          Tatanan struktur kuat dan jelas. Perangkat, unit dan hirarki tertata rapi dan mempunyai hubungan fungsional antara yang satu dengan yang lain.
-          Konten atau kandungannya bersifat akademik, abstrak dengan orientasi berskala nasional.
-          Waktu pelaksanaannya berorientasi jangka panjang dan masa depan dengan urutan programnya berlangsung ketat dan kaku
-          Tempat pendidikannya ditentukan pada lokasi tertentu
-          Pengendaliannya lebih terkoordinasi, umumnya ditangani oleh birokrasi nasional, regional atau keagamaan dengan posisi pengendalian dari atas
-          Fungsinya ditekankan pada sosiolisasi, enkulturasi dan memperpanjang masa belajar secara formal
-          Metode penyampaian yang digunakan luwes, kurang inovatif dan harus menyesuaikan dengan kebijaknasaan atasan
-          Pembiayaan terstandar untuk masing-masing jenjang.
Perguruaan sebagai wadah anak melatih sosialisasi diri secara formal, diperkenalkan dengan peraturan-peraturan, tata pergaulan, tuntunan dan tantangan belajar yang harus dijawabnya. Fungsi pemberian pendidikan, memang bukan sepenuhnya dan memang tidak mungkian diserahkan sepenuhnya kepada lembaga perguruan. Sebab pengalaman belajar, pada dasarnya bias diperoleh sepanjang hidup manusia, kapanpun dan dimanapun, termasuk juga dilingkungan keluarga dan masyarakat itu sendiri.
Mengenai arti pentingnya perguruan sebagai pusat pendidikan secara garis besar adalah sebagai berikut :
a)      Perguruan merupakan wadah pertama anak melatih sosialisasi diri secara formal, diperkenalkan dengan peraturan-peraturan, tata pergaulan, tuntutan dan tantangan belajar yang harus dijawabnya.
b)      Pada perguruan terdapat guru yang telah memperoleh pendidikan dan latihan professional dalam bidangnya. Profesionalitas guru inilah yang menjadikan perguruan lebih bermakna

Oleh karena itu tidak semua tugas pendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga terutama menyangkut ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampial. Orang tua mengirim anak keperguruan. Dengan demikian, sebenarnya pedidikan di perguruan adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan hubungan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat.

C.                Problem Landasan Pendidikan Islam Dalam Operasionalnya
Konsep dasar pendidikan nasional di Indonesia, sebagaimana diketahui adalah tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang salah satu pointnya menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Berdasarkan kutipan tersebut jelaslah sebagaimana pendidikan yang lain di Indonesia, konsep dasar pendidikan madrasah berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan segi-segi ketaqwaan, kecerdasan, ketrampilan, budi pekerti dan semangat kebangsaan pada diri anak, yang kesemuanya itu diarahkan untuk kepentingan pembangunan di tanah air kita.
Keinginan tersebut juga dilatarbelakangi oleh pengalaman histori yang lain. Selama ratusan tahun dijajah oleh Belanda. Melihat kenyataan tersebut, kelompok pembaharuan Islam di Indonesia, setelah mendapatkan inspirasi atau pengaruh dari gerakan pembaharuan di Timur Tengah, akhirnya merumuskan khittah baru dalam bidang pendidikan. Caranya menggabungkan system dan isi pendidikan dari pesantren dan sekolah umum kemudian mereka mengambil segi-segi positifnya dan menciptakan model baru dalam lembaga pendidikan yaitu madrasah.
Dalam garis besar, problem yang sekarang ini banyak terjadi di madrasah adalah soal tenaga, biaya dan lingkungan. Tentang tenaga intinya menyangkut dua hal, yaitu kemampuan professional dan sikap mental.
Dalam keprofesionalan, banyak diantara pendidik yang masih jauh belum memenuhi persyaratan untuk terjun atau diterjunkan dalam kependidikan. Kelemahan ini bisa diatasi kalau saja tersedia biaya yang cukup, misalnya untuk menyelenggarakan atau mengikutsertakan mereka pada program penataran, kursus profesi dan semacamnya.
Sikap mental seseorang akhirnya juga berpengaruh terhadap kesungguhan dan cara kerjanya. Karena sikap mental lemah, seseorang bisa melakukan tugas semaunya saja, tidak serius, tidak disiplin, tidak mau berusaha meningkatkan diri dan lain-lain. Serta sikap kurang jujur dapat mengarahkan kepada penyelewengan, penyalah gunaan kesempatan dan semacamnya.
Problem selanjutnya adalah dalam biaya. Secara jujur mesti diakui bahwa dunia madrasah pada umumnya lemah dalam bidang biaya. Padahal dengan tersedianya biaya yang memadai, segala sesuatu bisa diatur, artinya ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya. Sementara, soal biaya ini berkaitan dengan sikap mental manusianya, masyarakat dan akhirnya lingkungan secara keseluruhan. Misalnya, berbeda dengan masa-masu lalu, kaum muslimin sekarang relative menurun gairah untuk beramal demi kepentingan agamanya.
Lingkungan, juga bisa mempengaruhi sikap dan cara anak didik menghadapi kewajiban studinya sehari-hari, termasuk anak didik madrasah. Mereka belajar, jauh-jauh sudah disertai niat yang kuat untuk mencapai ijazah. Ijazah perlu diraih dengan nilai sebaik-baik mungkin. Untuk memperoleh nilai baik, berbagai macam cara pun dilalui, dari yang jujur sampai dengan yang paling curang. Karena jengkel melihat atau mendengar kasus semacam ini, Ivan D. Illich sampai berpendapat lebih baik lembaga pendidikan formal dibubarkan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, al-Ikhlas, Surabaya: 1987,
Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta: 2008
Burhanuddin Abdullah, Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu, Pustaka Prisma, Yogyakarta: 2010