1.
TEKNIK TES
a.
Pengertian Tes
Istilah
tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring
atau jambangan dari tanah liat. Kemudian dipergunakan dalam lapangan psikologi
dan digunakan sebagai metode psikologi, yaitu
suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan
mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Abu Muhammad dalam website www.moudir.com
mengatakan
الاختبار هو
عملية منظمة لقياس عينة من سلوك الطالب (نتاجات التعلم) وتقييم هذا السلوك حسب
معايير وأعراف معينة
معايير وأعراف معينة
S.
Hamid Hasan (1988) menjelaskan bahwa tes adalah alat pengumpulan data yang
dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir
(soal) yang dipergunakan. Sedangkan Conny Semiawan S. (1986) mengemukakan tes
adalah alat pengukur untuk menetapkan apakah berbagai faset
dari kesan yang kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan fakta,
juga adalah cara untuk menggambarkan bermacam-macam faset ini seobjektif
mungkin.
Dalam konteks pengukuran dan penilaian, tes dapat diartikan sebagai
teknik atau instrument pengukuran yang menggunnakan serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab, atau tugas yang harus dilakukan secara sengaja dalam suatu
kondisi yang dirancang secara khusus untuk mengetahui potensi, kemampuan dan
ketrampilan peserta didik sehingga menghasilkan data atau skor yang dapat
diinterpretasikan. Dengan mencermati pengertian ini dapat ditegaskan bahwa
dalam teknik atau instrument ini adalah:
a.
Ada
serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus direspon,
b.
Ada
situasi yang sengaja dikondisikan,
c.
Diberikan
kepada peserta didik, individual atau kelompok, dan
b.
Macam-macam Tes
Sebagai instrumen pengukuran, tes mempunyai berbagai macam jenis
dengan berbagai sudut pandang. Heaton (1988) membagi tes menjadi empat bagian,
yaitu tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency
test), tes bakat (aptitude test) dan tes diagnostic (diagnostic test). Dalam
bidang psikologi tes diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu:
1.
tes
intelegensia umum yaitu tes untuk mengukur kemampuan umum seseorang,
2.
tes
kemampuan khusus, yaitu tes untuk mengukur kemampuan potensi dalam bidang
tertentu,
3.
tes
prestasi belajar yaitu tes untuk mengukur kemampuan actual sebagai hasil
belajar dan
Berdasarkan jumlah peserta didik tes, tes hasil belajar ada dua
jenis yakni tes kelompok dan tes individu. Dan berdasarkan pembuatnya tes
dibedakan menjadi tes baku dan tes non-baku. Tes baku yakni suatu tes yang
telah distandarkan atau disusun secara cemat oleh seseorang atau tim ahli
penyusun tes melalui uji coba berkali-kali sehingga tes tersebut telah memiliki
mutu yang tinggi. Sedangkan tes non-baku adalah tes yang disusun sendiri oleh
guru yang akan mempergunakan tes tersebut.
Dalam pembahasan ini secara khusus akan dibahas tes sebagai alat
pengukuran hasil belajar, yakni tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif
pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti: uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.
Tes esai (subjektif) dibedakan menjadi dua, yakni tes esai jawaban
singkat atau uraian terbatas dan tes esai jawaban panjang/luas.
Tes esai jawaban singkat menuntut siswa memberikan jawaban yang telah diarahkan
kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari tiga
segi, yakni (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang jawaban, (c)
indicator-indikatornya. Seperti;
a.
Coba
saudara jelaskan tiga factor penyebab pertumbuhan penduduk!
b.
Apa
makna NKKBS ditinjau dari aspek jumlah anak dalam suatu keluarga?
c.
Bagaimana
hubungan pertumbuhan penduduk dengan kualitas hidup manusia dalam hal ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan?
Tes esai jawaban panjang/luas menuntut jawaban berupa uraian yang
panjang, tidak dibatasi dan peserta didik bebas mengemukakan pendapatnya
sendiri sesuai kemampuannya. Seperti;
-
Sebut
dan jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan di
Indonesia!
-
Jelaskan
bagaimana pelaksanaan pembangunan politik di Indonesia dan bagaimana kaitannya
dengan pembangunan di sektor-sektor yang lain?
-
Mengapa
Pancasila dijadikan sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat?
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian jawaban panjang
(bebas) ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk;
a.
Menungkapkan
pandangan peserta didik terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas
dan intensitasnya,
b.
Mengupas
suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada
satu pun jawaban yang pasti,
c.
Mengembangkan
daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Dalam penilaian tes esai uraian jawaban panjang seorang guru
mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban dari peserta didik.
Sedangkan tes objektif adalah tes yang menuntut siswa untuk memilih
beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia dan/atau memberi jawaban
singkat atau mengisi titik-titik di tempat yang tersedia.
Disebut objektif karena penilaiannya objetif, siapapun yang mengoreksi jawaban
tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.
Soal-soal tes objektif dikenal ada beberapa bentuk, yakni; jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda. Bentuk soal jawaban
singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan,
kalimat, atau symbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada
dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk perrtanyaan langsung dan bentuk
pertanyaan tidak langsung.
Contoh soal pertanyaan langsung seperti;
a.
Siapa
nama pencipta computer?
b.
Apa
nama papan ketik dalam computer?
c.
Apa
nama alat pencetak data atau program dalam computer?
Sedangkan
contoh pertanyaan tidak langsung seperti;
a.
Tempat
sampah daur ulang dalam computer disebut . . .
.
b.
Program
dan data dapat disimpan dalam . . . .
atau . . . .
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa
pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan
sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umunnya bentuk soal
benar-salah dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi
dan prinsip. Contoh;
B –
S : Danau Toba di Sumatra Utara dari segi
pembentukannya merupakan danau tektonik
B – S : Nitrogen membantu pembakaran
B – S : Berat satu liter air adalah 100 gram.
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang
parallel. Kedua kelompok ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri
merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Jumlah
soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban lebih
banyak dari pada jumlah soal hal ini mengurangi kemungkinan siswa menjawab
betul dengan hanya menebak. Contoh;
Kelompok A
|
Kelompok B
|
1.
Kekurangan
vitamin C
2.
Kekurangan
vitamin B kompleks
3.
Kekurangan
vitamin B1
4.
Kekurangan
vitamin A
|
1.
Penyakit
rabun ayam
2.
Sariawan
3.
Penyakit
gondok
4.
Penyakit
rakhitis
5.
Penyakit
beri-beri
6.
Pertumbuhan
badan lambat
|
Dan bentuk terakhir dari bentuk tes objektif adalah tes pilihan
ganda. Bentuk soal tes pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok perrsoalan dapat dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum
sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban yang
berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat disebut dengan option, pilihan
jawaban yang terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar dinamakan kunci
jawaban dan jawaban yang memungkinkan jawaban salah dinamaka pengecoh (distractor).
Seperti contoh;
Mahkamah Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa berkedudukan di
kota . . .
a.
Jenewa
b.
Den
Haag
c.
London
d.
New
York.
Bentuk soal di atas dinamakan stem, sedangkan pilihan jawab
point a – d dinamakan option, point a dinamakan kunci jawaban dan point
b – d dinamakan pengecoh (distractor).[15]
2.
TEKNIK NON TES
Proses evaluasi yang hanya mengandalkan teknik dan instrument tes
sangat tidak memadai. Untuk memungkinkannya pengukuran dan penilaian yang
komprehensif teknik dan instrumen berbentuk non-tes dapat berperan secara
efektif, terutama untuk pengukuran ranah afektif dan psikomotorik, walaupun
disadari bahwa penggunaan teknik ini dalam evaluasi pendidikan masih sangat
terbatas. Yang dimaksud instrument non-tes dalam hubungan ini adalah
serangkaian pertanyaan, pernyataan atau stimulus lain yang harus direspon peserta
didik atau yang membutuhkan respon mereka dalam situasi yang tidak atau kurang
dibakukan, untuk mengukur aspek-aspek tingkah laku peserta didik yang terkait
dengan tujuan pembelajaran dan pendidikan. Dalam hal ini akan dipaparkan
instrument non-tes yaitu; wawancara, observasi, angket dan skala.
a.
Wawancara
Sebagai alat penilai, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil
dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa
sehingga dapat menungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih dari itu, hubungan dapat
dibina lebih baik sehigga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara
bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah
disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban
yang telah dibuat. Keutungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat
kesimpulan.
Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan
sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi
lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerja keras dalam
menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam.
b. Observasi
Observasi
merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya. Dalam observasi guru tidak perlu mengadakan komunikasi langsung dengan
siswa. Observasi dapat dilakukan pada berbagai tempatmisalnya di kelas pada
waktu pelajaran, di halaman sekolah pada waktu bermain – main, di lapangan pada
waktu murid olah raga, upacara, perayaan, di rumah pada waktu senggang, pada
tempat karya wisata ( pada waktu mereka mengadakan karya wisata ke situs
sejarah ) dll.
a. Observasi
sebagai teknik penilaian harus memiliki sifat – sifat tertentu yaitu :
1. Harus dilakukan
sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
2. Direncanakan
secara sistematis.
3. Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4. Dapat
diperiksa validitas, realibilitas, dan ketelitiannya.
b. Pengamatan
menurut cara dan tujuannya dapat dibedakan menjadi :
1. Pengamatan
partisipatif – non partisipatif.
Dikatakan
partisipatif, jika guru yang mengamati itu benar – benar turut mengambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan siswa – siswanya.
2. Pengamatan
sistematis – non sistematis.
Dikatakan
sistematis, jika sebelum dilaksanakan telah disusun berdasarkan kategori nilai
yang hendak di amati.
3. Pengamatan
eksperimental.
Dikatakan
eksperimental jika pengamatan dilakukan secara non partisipatif, tetapi
sistematis untuk mengetahui perubahan – perubahan atau gejala – gejala sebagai
akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
c.
Angket
dan Inventori
Angket
dan inventori memiliki berbagai kesamaan dan juga perbedaan. Angket atau juga
di sebut kesioner ( questionnaire ) dapat diartikan sebagai suatu daftar
pertanyaan tertulis yang rinci dan lengkap yang harus dijawab atau dilengkapi
oleh responden ( peserta didik ) tentang pribadinya atau hal – hal yang
diketahuinya. Angket merupakan alat pengumpul data yang efektif untuk
mengetahui berbagai hal tentang peserta didik, seperti pengalaman, pendapat,
sikap, minat, kebiasaan dan sebagainya. Jika dikembangkan dengan baik, dan ada
hubungan yang baik, antara guru dengan peserta didik, angket dapat menghasilkan
informasi yang objektif.
Sedangkan
inventori adalah suatu alat ukur swa-respon yang berusaha menemukan atau
menggali apa yang disebut oleh Stanley sebagai “ the nature of stock-taking”
dari peserta didik, baik berupa pengetahuan, kemampuan maupun keadaan diri
mereka. Berbeda dengan angket yang dapat direspon oleh orang lain, inventori
harus direspon oleh peserta didik yang bersangkutan. Inventori berusaha
menemukan “status” individu dalam berbagai karakteristik personal, dalam bentuk
self-refort. Karena itu, subjektivitasnya mungkin sangat besar, meskipun tidak
harus dikonotasikan bahwa subjektivitas adalah kekurangan dan kelemahan.
Dalam
hal ini Stanley menyarankan 2 metode teknis untuk mengantisipasi masalah ini :
1. Memberikan
inventori dua kali dengan interval waktu yang dekat, serta item-itemnya telah
ditata ulang. Semakin tinggi indeks korelasi antara dua skor yang diperoleh,
semakin kecil kemungkinan subjektivitas tersebut ; dan
2. Selain
menggunakan inventori, perlu dipadukan skala kejujuran, seperti tes kuder yang
memiliki V-scales. Perbedaan yang adalah bila angket, banyak yang dibuat atau
dikembangkan oleh guru sendiri, kebanyakan inventori merupakan alat ukur baku.
Diantara inventori yang telah dikembangkan dan dibakukan adalah : inventori
minat seperti kuder form DD occupational interest inventory, kuder form E general
interest survey, minessota vocational interest inventory, strong-champbell
interest inventory dan vocational preference inventory ; dan inventori
kepribadian, seperti minessota multhipasic personality inventory ( MMPI ),
California psychological inventory ( CPI ), eysenck personality inventory ( EPI
), Gordon personal inventory, omnibus personality inventory ( OPI ) dan
thorndike dimensions of temperament ( TDOT ).
c.
Skala
Adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dll.
Yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan criteria yang ditentukan.
1.
Skala
penilaian
Mengukur penampilan atau prilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan prilaku individu pada suatu titik continuum atau suatau kategori
yang bermakna nilai. Titik atau kategori yang diberi nilai rentangan mulai dari
yang tertinggi sampai terendah.
2.
Skala
sikap
Digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif),
dan netral. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi
berkenanaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang
dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut,
sedangkan konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut.
Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu,
misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap mahasiswa terhadap
pendidikan politik, atau sikap guru terhadap profesinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana Nana, Dr. 2010, PENILAIAN
HASIL PROSES BELAJAR MENGAJAR, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudijono Anas, Prof. Drs. 2012, PENGANTAR EVALUASI
PENDIDIKAN. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Slameto, Drs. 1999, EVALUASI PENDIDIKAN, PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Arifin Zainal, M. Pd. Drs. 2011, EVALUASI PEMBELAJARAN
(Prinsip, Teknik, Prosedur), PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Abdullah Shodiq, H. M. Ag. Drs.
2012, EVALUASI PEMBELAJARAN (Konsep Dasar, Teori dan Aplikasi), PT Pustaka
Rizki Putra, Semarang.
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. 2013,
DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN, PT Bumi Aksara, Jakarta.
No comments:
Post a Comment